JAKARTA, 16 Agustus (Reuters) – Ketua majelis tinggi parlemen Indonesia mengatakan pada hari Rabu bahwa penting bagi negara untuk membahas cara-cara untuk menunda pemilu selama bencana alam, perang atau wabah.
Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, mengadakan pemilihan nasional setiap lima tahun, dengan pemungutan suara berikutnya dijadwalkan pada 14 Februari.
Indonesia saat ini tidak memiliki kerangka kerja untuk menunda pemilu, dan beberapa politisi telah menyerukan agar konstitusi diamandemen agar memungkinkan penundaan.
“Bagaimana kita bisa menyelenggarakan pemilu ketika terjadi peristiwa yang tidak terduga seperti bencana alam besar, perang, pemberontakan atau wabah penyakit,” kata Ketua DPR Bambang Susatio dalam pidato menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia.
“Ini adalah hal penting untuk kita pikirkan dan diskusikan bersama.”
Bambang belum mengusulkan perubahan konstitusi yang memungkinkan penundaan. Parlemen mengumumkan rencana untuk perubahan tersebut minggu lalu.
Gagasan penundaan pemilu telah menjadi titik perdebatan di Indonesia, di mana ada spekulasi bahwa upaya dilakukan untuk menunda pemilu agar Presiden Joko Widodo dapat tetap berkuasa setelah masa jabatan keduanya. tahun.
Presiden telah berulang kali membantah bahwa dia ingin tinggal lebih lama.
Dilaporkan oleh Stefano Sulaiman, Gayatri Suroyo, Stanley Vidento; Diedit oleh Martin Petty
Standar kami: Prinsip Kepercayaan Thomson Reuters.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Laporan Analisis Investasi Pasar Pusat Data Indonesia
Memahami Hubungan Bilateral Indonesia-Norwegia Tahun 2024 – OpEd – Eurasia Review
Indonesia mengusulkan Hari Danau Sedunia pada Forum Air Dunia