JAKARTA (ANTARA) – Menurut Kementerian Perindustrian, Revolusi Industri 4.0 akan meningkatkan efisiensi sektor manufaktur Indonesia melalui transformasi digital.
“Perkembangan teknologi pasti akan terjadi. Negara-negara yang menerapkan Industri 4.0 meyakini pentingnya dukungan penuh kebijakan pemerintah sebagai motor penggerak keberhasilan implementasi kebijakan ekonomi digital,” kata Andy Rizzaldi, pakar iklim bisnis dan investasi Kementerian Perindustrian. dalam keterangan tertulisnya, Senin.
Menurut Rizaldi, Indonesia harus memanfaatkan Era Revolusi Industri 4.0 karena memiliki keunggulan permintaan, struktur kelembagaan yang kuat, serta perdagangan dan investasi global yang lebih baik.
Rizaldi mencatat bahwa pemerintah telah menetapkan inisiatif Making Indonesia 4.0 sebagai peta jalan terintegrasi untuk menerapkan beberapa strategi, dengan aspirasi yang tinggi agar Indonesia masuk dalam 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030.
Ketahanan perekonomian Indonesia yang sangat baik juga dinilai sebagai salah satu kemungkinan yang dapat ditingkatkan melalui implementasi Industri 4.0. Ketahanan ini dibuktikan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi di tahun 2019 dan kontraksi yang lebih kecil di tahun 2020 dibandingkan negara-negara sejenis.
Kemungkinan lain adalah untuk menciptakan lapangan kerja baru yang spesifik untuk mengakomodasi jumlah pekerja yang lebih besar.
Revolusi Industri 4.0 tidak akan menghilangkan lapangan pekerjaan, melainkan menyediakan jenis pekerjaan baru yang memungkinkan terjadinya migrasi dari satu industri ke industri lainnya.
“Ke depan akan ada perubahan pekerjaan ke pekerjaan yang lebih baik, yang akan mengangkat harkat dan martabat pekerja,” kata Rizaldi.
Dalam membangun Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian telah menetapkan tujuh sektor prioritas, antara lain makanan dan minuman, otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil, elektronik dan alat kesehatan. Ketujuh sektor tersebut dipilih karena manufaktur dapat menyumbang 70 persen produk domestik bruto (PDB), 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen tenaga kerja industri.
Proporsi tenaga kerja di tujuh sektor prioritas menunjukkan tren peningkatan selama lima tahun terakhir, dengan angka meningkat 5,02 persen pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 5,70 persen pada tahun 2020.
“Berdasarkan peningkatan data, adopsi teknologi di tujuh sektor prioritas berpotensi meningkatkan potensi ekonomi nasional,” ujarnya.
Berita Terkait: Lembaga penelitian mempromosikan kerja sama yang lebih kuat di antara negara-negara ASEAN
Rizaldi mencatat, Indonesia dengan jumlah penduduk 125 juta memiliki jumlah tenaga kerja terbesar, setelah China, India, dan Amerika Serikat.
“Jika hal ini didorong dengan peningkatan kualitas tenaga kerja, maka akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas sektor manufaktur dan terus memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan sumber daya manusia di industri melalui program-program utama antara lain pendidikan vokasi berbasis keterampilan, pengembangan unit-unit pelatihan di pusat-pusat pendidikan dan pengembangan industri, serta skema linkage dan kompetitif antara pendidikan dan pendidikan. Sektor industri.
“Dalam upaya percepatan pengembangan SDM Industri 4.0, Kemenperin melakukan pelatihan, bimbingan teknis, dan sertifikasi bagi 2.171 orang,” kata Rizaldi.
Inisiatif lainnya adalah mendorong peningkatan lapangan kerja dengan melibatkan usaha kecil dan menengah (UKM) di era Revolusi Industri 4.0, misalnya, menyelenggarakan webinar UKM e-smart yang mendukung pelatihan e-commerce dan pemasaran digital untuk 13.183 UKM pada tahun 2021. dari UKM.
Berita Terkait: Bonus Penduduk, Revolusi Industri Tantangan Tenaga Kerja
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala