Indonesia selalu berusaha menyeimbangkan perbedaan dan menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia
JAKARTA (ANTARA) – Melalui politik luar negeri yang mandiri dan aktif, Indonesia berupaya menjunjung tinggi nilai dan implementasi kerja sama global di tengah tantangan global.
“Indonesia selalu berusaha menyeimbangkan perbedaan dan menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) 2022 di Jakarta, Sabtu.
Dalam menjalankan politik luar negerinya, Marsudi mencatat bahwa Indonesia selalu menghormati hukum internasional.
“Dengan kepercayaan (dunia) terhadap kepemimpinan Indonesia, KTT G20 akan dihadiri oleh para pemimpin dunia yang tinggi, dan pertemuan ini dapat membuat pengumuman,” katanya.
Berita Terkait: Forum Penjaga Pantai ASEAN Bertujuan untuk Melindungi Stabilitas Maritim: Bagamla
Menurut Marsudi, banyak pihak yang pesimis dengan G20, namun ditengah kesulitan Indonesia berhasil menangkap momen kerjasama tersebut.
Dalam negosiasi yang sedang berjalan untuk mencapai kesepakatan, Indonesia melakukan beberapa upaya, seperti pendekatan “testing the water”, panggilan telepon tingkat menteri, dan keterlibatan para pemimpin.
Hasilnya, KTT G20 di bawah kepresidenan Indonesia berhasil mencapai tiga hal utama: melayani kepentingan negara berkembang, memprioritaskan 361 proyek konkrit, dan mempercepat pemulihan ekonomi global yang inklusif.
Deklarasi G20 mencakup kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan serta kepentingan dan suara negara pulau kecil dan berkembang.
Berita Terkait: Keterlibatan anak menyukseskan Hari Anak Sedunia: Menteri
Ada juga Bali Compact dan Bali Energy Transitions Roadmap, serta komitmen pembiayaan negara maju sebesar U$81,6 miliar.
Selain itu, Indonesia meminta negara-negara G20 untuk berkontribusi pada dana pandemi, yang telah mengumpulkan US$1,5 miliar dan terus bertambah.
Retno mengatakan, semua capaian dalam kerja sama global ini membuktikan bahwa kebijakan yang independen dan proaktif berjalan dengan baik, memberikan multilateralisme dan fokus pada paradigma kerja sama.
Dalam CIFP yang dihadiri banyak mahasiswa itu, Retno mengingatkan bahwa pelaksanaan kebijakan luar negeri membutuhkan keterampilan seperti jaringan yang baik, keterlibatan pribadi, dan persahabatan.
Terakhir, ia memuji semua pihak yang terlibat dalam mensukseskan G20 dan mengumumkan bahwa keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 akan bertemakan “ASEAN Matters: Epicenter of Development”.
Berita Terkait: Menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan
Berita Terkait: Menteri menerima kondisi Indonesia sebagai tuan rumah ADMM 2023
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala