video | Diplomasi | Asia Tenggara
Rizal Sukma, Syafia F. Muhibat dan Nan Kede Wahyu Wikasana membahas strategi politik luar negeri Indonesia.
Peran Indonesia sebagai ketua G-20 tahun ini dimulai dengan sangat baik. Menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, AS dan sekutunya mendapat tekanan untuk tidak mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dari KTT Jakarta. China, sementara itu, berharap untuk mengesampingkan diskusi tentang perang Ukraina sama sekali.
Tuan rumah G-20 di Indonesia pada saat genting ini telah menjerumuskan pemerintahan Jokowi—yang tidak dikenal dengan ambisi kebijakan luar negerinya—ke dalam politik dunia. Presiden Jokowi tampaknya menyambut momen tersebut, memulai perjalanan ke Rusia dan Ukraina awal tahun ini dan melakukan kunjungan pasca-pandemi yang langka ke China pada bulan Juli. Bagaimana penanganan Indonesia terhadap perang Rusia-Ukraina dan kepresidenan G-20 memberi tahu kita tentang pendekatan kebijakan luar negeri Jokowi?
Dalam webinar yang direkam pada 3 Agustus 2022 ini, para pakar membahas strategi diplomasi Jokowi di tahun meningkatnya polarisasi geopolitik.
menampilkan dr Rizal SukmaSenior Fellow di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Indonesia; dr. Syafia F.Muhibat, Deputi Direktur Eksekutif Riset CSIS di Jakarta; Dan Saya gede wahu vikaksana, Dosen Senior, Jurusan Hubungan Internasional, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlanga Surabaya Indonesia; dan arbitrase Sebastian Strongio, Editor Asia Tenggara di The Diplomat.
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala