JAKARTA: Investor asing mewaspadai ibu kota baru Indonesia, Nusantara, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang apa lagi yang dapat dilakukan pemerintah agar mereka dapat bergabung bahkan jika “kandidat lanjutan” Prabowo Subianto memenangkan pemilihan presiden. US$30 miliar Proyek besar.
Indonesia berencana merayakan Hari Kemerdekaan ke-79 pada 17 Agustus di Nusantara. Tapi masih belum ada uang untuk membangun kota.
Pemerintah sebelumnya mengatakan investor asing akan menunggu hasil pemilihan presiden dan legislatif sebelum berinvestasi di Nusantara, yang dikenal secara lokal sebagai Ibu Kota Negara atau IKN.
Namun 1,5 bulan setelah pemilu di Hari Valentine, belum ada investor asing yang menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia.
Mohamed Faisal, direktur eksekutif Pusat Reformasi Ekonomi Indonesia (CORE), sebuah lembaga pemikir yang berfokus pada penelitian di bidang ekonomi dan industri, mengatakan bahwa mengetahui hasil pemilu saja tidak cukup bagi investor.
“Pertama, masih ada perselisihan pemilu,” katanya, mengacu pada gugatan calon presiden yang gagal, Anis Basvedan dan Kanjar Pranovo, ke pengadilan. Dengan alasan adanya kecurangan dan ketidakberesan selama pemilu, mereka menyerukan pemungutan suara ulang dan mendiskualifikasi pemenangnya.
Mahkamah Konstitusi diperkirakan akan mengeluarkan putusannya pada 22 April.
Jika mereka menolak kasus tersebut, maka Prabowo dan wakil walikotanya, putra sulung Presiden Joko Widodo dan Walikota Solo Gibran Rakabuming Rakah, akan mulai menjabat pada bulan Oktober.
“Kemudian (investor) ingin mengetahui gaya kepemimpinan Pak Prabowo,” tambah Faisal.
Faisal mengatakan para investor ingin mengetahui apa visinya dan bagaimana ia akan mengambil keputusan, meskipun Prabowo telah berulang kali mengatakan bahwa ia akan melanjutkan gagasan Presiden Widodo.
Rencananya, sekitar 19 persen biaya Nusantara akan bersumber dari APBN dan sisanya dari pihak swasta.
Banyak surat niat, tapi tidak ada MoU
Namun, orang yang mengawasi pembangunan Nusantara tetap optimis dan berpendapat bahwa kemitraan publik-swasta (KPS) adalah jalan yang harus ditempuh.
Pihak berwenang Indonesia telah menerima sekitar 369 surat niat (LOI) sejauh ini, kata Ketua Otoritas Ibu Kota Nusantara Bapak Bampang Susantono. mengatakan kepada CNA Forum Bisnis Indonesia-Singapura 2024 di Singapura pada 27 Maret.
40 persen di antaranya milik perusahaan asing.
“Tetapi sebagian besar masih dalam tahap persiapan. Kenapa? Karena sebagian besar tertarik pada KPBU dibandingkan investasi langsung,” kata Pak Bambang.
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala