Layanan whistle-blowing mengatakan pada hari Senin telah menemukan bukti bahwa lembaga pemerintah Indonesia menggunakan spyware buatan Israel yang dapat meretas ponsel dan mengubahnya menjadi perangkat pengawasan.
Intelijen dan polisi negara mungkin telah menggunakan perangkat lunak Pegasus untuk memata-matai politisi dan aktivis, termasuk mantan pemimpin oposisi Prabowo Subianto dan Liga Indonesia, sebuah konfederasi media dan reporter investigasi, menurut sebuah laporan pada hari Senin.
Jakarta mendukung negara Palestina dan tidak mengakui Israel, tetapi menurut Indonesia Leaks, perangkat untuk meretas ponsel dan menginstal perangkat lunak tidak datang langsung dari negara Yahudi tersebut.
“Pada 2018, tim investigasi Liga Indonesia menemukan bukti Pegasus masuk ke Indonesia,” katanya.
Dua sumber mengatakan kepada IndonesiaLeaks bahwa seorang pengusaha yang menjadi menteri yang merupakan bendahara tim kampanye Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk pemilihan 2019 menggunakan spyware Israel.
Shakti Wahu Trengono, yang kini menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, diduga memiliki ruangan khusus di rumahnya yang diduga digunakan spyware untuk memiringkan pencalonan presiden untuk memenangkan Jokowi.
Sistem tersebut diyakini Pegasus, mantan pejabat di pemerintahan Jokowi mengatakan kepada Indonesia Leaks bahwa spyware bisa menyusup ke akun WhatsApp lawan politik Jokowi.
Di antara yang diduga menjadi target spyware adalah Prabowo, yang sekarang menjadi menteri pertahanan di pemerintahan kedua Jokowi, dan Erlanga Hartardo, pemimpin Partai Kolkar dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Saat BenarNews menghubungi kantor Trengono, Senin, ajudan menteri mengaku tidak mengetahui informasi tersebut.
Laporan Indonesia Leaks juga mengutip sumber tanpa nama yang diduga menjalankan Pegasus.
Pegasus dikembangkan oleh NSO Group, salah satu perusahaan teknologi paling sukses di Israel. Ada tuduhan luas terhadap pejabat di banyak negara seperti Bangladesh Mereka menggunakan teknologi untuk memata-matai politisi, aktivis, dan jurnalis.
Perangkat lunak tersebut telah digunakan untuk memfasilitasi pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran di seluruh dunia, menurut penyelidikan besar terhadap target pengawasan potensial Federasi Wartawan 10 negara dan Amnesti Internasional. Akuntabel, terutama menggunakan peralatan dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,” ujarnya.
NSO Group mengatakan hanya menjual produknya kepada pemerintah untuk tujuan penegakan hukum.
Namun, pada November 2021, Washington memasukkan perusahaan tersebut ke dalam daftar hitam karena bertindak “bertentangan dengan keamanan nasional AS atau kepentingan kebijakan luar negeri”.
‘Ini banyak uang’
Pada tahun 2018, polisi Indonesia pertama kali membeli sistem tanpa klik untuk menembus perangkat seharga 99 miliar rupiah (US$6,7 juta), menurut Indonesia Leaks.
Sistem seperti itu tidak memerlukan tindakan apa pun dari pengguna perangkat. Menurut para ahli, Pegasus adalah salah satu kemampuan zero-click tercanggih.
Polisi membantah menggunakan Pegasus atau spyware lainnya.
“Polisi tidak pernah membeli atau menggunakan spyware Pegasus. Kami memiliki sistem yang mengikuti prosedur penyadapan hukum, ”Slamet Uliandi, kepala divisi teknologi, informasi dan komunikasi kepolisian, mengatakan kepada Indonesia Leaks dalam sebuah pernyataan.
Indonesia bukan pelanggan Pegasus, kata Samuel Aprijani Bangeraban, Dirjen Aplikasi Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Indonesia tidak ada dalam daftarnya, katanya kepada Benarnews.
Dia enggan berkomentar lebih jauh terkait temuan kebocoran di Indonesia tersebut.
“Kami hanya berurusan dengan penyedia dan konten komputer elektronik,” katanya.
Badan intelijen negara tidak mengomentari laporan tersebut. Pejabat pemerintah lainnya juga menolak berkomentar atau tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Aliansi Jurnalis Independen, salah satu penggagas Indonesia Leaks, mengatakan ingin menyoroti bagaimana spyware digunakan untuk menyasar kelompok tertentu.
“Uangnya banyak dan dari pembayar pajak,” kata Ketua Koalisi Sasmido Matrim kepada Benarnews.
Dia mengatakan tidak dapat diterima menggunakan uang pembayar pajak untuk keuntungan politik atau untuk memata-matai aktivis yang memperjuangkan demokrasi dan meminta penjelasan dari Jokowi.
“Kita tidak boleh membiarkan pemilu yang lalu dinodai oleh hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, apalagi menggunakan instrumen dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,” katanya.
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala