JAKARTA, 5 Oktober (Reuters) – Presiden Indonesia Joko Widodo pada Kamis menekankan pentingnya memodernisasi perangkat keras militer, namun memperingatkan bahwa pengeluaran apa pun harus dilakukan dengan bijak karena anggaran negara terbatas.
Negara kepulauan berpenduduk 270 juta jiwa ini, yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, berupaya memodernisasi militernya namun masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan dalam beberapa tahun terakhir.
“Belanja perangkat keras militer harus dilakukan dengan bijak, baik dari segi jumlah atau alokasinya,” kata Jokowi, yang dikenal sebagai presiden, dalam parade angkatan bersenjata.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, calon presiden pengganti Jokowi, yang akan mengundurkan diri tahun depan, telah memimpin serangkaian pembelian, termasuk 42 jet tempur Dassault Rafale seharga $8,1 miliar, 12 drone baru dari Dirgantara Turki senilai $300 juta, dan 12 Mirage. Jet tempur 2000-5 senilai $800 juta.
Pada bulan Juli, Jokowi memperingatkan kabinetnya untuk mempertahankan anggaran yang “sehat” ketika ia menyoroti terabaikannya biaya lembaga pertahanan, termasuk Kementerian Pertahanan.
Selama dekade terakhir, belanja pertahanan per kapita dan persentase PDB Indonesia merupakan yang terendah di antara enam negara emerging market di Asia Tenggara, menurut data dari lembaga think tank Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Pernyataan Ananda Teresa; Disunting oleh Martin Petty
Standar kami: Prinsip Kepercayaan Thomson Reuters.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
PDI-P Indonesia menentang rencana kabinet besar yang diajukan oleh presiden terpilih Prabowo, yang menurut para kritikus tidak diperlukan
Korea Selatan Paparkan Rencana Pemotongan Anggaran KF-21 Indonesia
Puluhan orang tewas dan puluhan jenazah ditemukan setelah rumah terendam banjir bandang di Indonesia