JAKARTA (ANTARA) – Lembaga Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan model pemberdayaan pengungsi yang tiba di Indonesia dan menyusun strategi yang memungkinkan.
Tri Nuke Pudjiastuti, seorang peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan BRIN, mengatakan model tersebut akan berbentuk peningkatan kapasitas, yang akan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia sambil mempromosikan ketahanan, kemandirian, dan martabat sebagai bagian dari solusi untuk migrasi negara ketiga.
“Rekomendasi kami adalah strategi pengelolaan yang memberdayakan pengungsi asing di Indonesia agar segera dipindahkan ke negara ketiga dan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal,” jelasnya dalam lokakarya di Jakarta, Senin.
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) memperkirakan jumlah total pengungsi asing di Indonesia mencapai 12.704 per Mei 2023.
Sebagian besar pengungsi, 6.663 orang, berasal dari Afghanistan, 1.356 dari Myanmar, 1.250 dari Somalia dan 614 dari Irak.
“Jumlah keseluruhan pengungsi justru menurun. Meski ada penambahan Rohingya, namun secara keseluruhan jumlahnya turun di bawah 13.000,” kata Budjiastudi.
Ia menegaskan pengungsi asing yang tiba di Indonesia bukanlah warga negara asing biasa, namun tidak dapat diusir karena negara menganut kebijakan non-refoulement.
Menurut UNHCR, keadaan pengungsi di Indonesia baik-baik saja. 24% dari mereka dimukimkan kembali ke negara lain, dan 4% telah meninggalkan Indonesia melalui program pemukiman kembali.
“Dengan program ini, Indonesia berada pada posisi yang menguntungkan karena kalah dari 1% negara lain,” katanya.
Sementara itu, Budziastuti menjelaskan bahwa terdapat tiga alternatif cara pengungsi dapat mempercepat aksesnya ke negara ketiga yaitu jalur sponsorship pribadi, jalur pendidikan dan jalur tenaga kerja.
Melalui jalur sponsor swasta, 144 orang telah berangkat ke negara ketiga hingga Mei 2023, katanya.
UNHCR mencatat bahwa dua pengungsi pergi ke Lithuania (LCC International University) dan dua pengungsi ke Amerika Serikat (Columbia University dan University of Minnesota) untuk pendidikan.
Menurut Departemen Tenaga Kerja, empat pengungsi telah mendapatkan pekerjaan di Australia dan sedang dalam proses mempersiapkan visa untuk keberangkatan. Selain itu, dua pengungsi mendapat tawaran pekerjaan di Kanada, salah satunya pergi pada Mei 2023.
“Ketiga cara tersebut telah menunjukkan hasil positif dalam kehidupan nyata, meskipun tidak diterapkan secara luas. Namun, kami tidak memiliki masalah hak asasi manusia dan proyek ini terus berkembang dan membaik,” katanya.
Berita terkait: UNHCR memuji Indonesia karena menampung pengungsi Rohingya
Berita terkait: Polisi mengevakuasi 184 pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh Timur
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala