Indonesia berencana mengakselerasi inovasi artificial intelligence (AI) dengan strategi nasional baru untuk mendorong ekosistem artificial intelligence (AI). GovInsider berbincang dengan Profesor Hammam Riza, Presiden Kerjasama Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Buatan Indonesia (KORIKA) untuk mengetahui lebih lanjut.
Dari algoritme rekomendasi media sosial hingga AI generatif yang dapat menggerakkan gelombang inovasi digital berikutnya, AI telah muncul sebagai landasan teknologi digital di era kontemporer.
“Kemampuan AI akan meningkat secara eksponensial di masa depan karena didukung ketersediaan data yang melimpah di Internet, daya komputasi yang canggih, dan tingkat kreativitas yang menyaingi otak manusia,” ujar Presiden Indonesia Profesor Hammam Riza. Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Buatan (KORIKA), kepada GovInsider.
Sektor publik Indonesia menanggapi pesatnya perkembangan kecerdasan buatan dengan strategi nasional baru yang bertujuan untuk memastikan negara tidak tertinggal dari ekonomi lain yang menggunakan teknologi AI secara ekstensif. Strategi tersebut dinamakan Strategi Nasional Kecerdasan Buatan (Stratnas AI) 2045.
Membina lingkungan inovasi AI di sektor publik Indonesia
Hammam berbagi dengan GovInsider bahwa proyek AI Stratnas akan memandu pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat untuk menciptakan terobosan dan terobosan dalam inovasi teknologi dan mencapai tujuan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
Sebagai salah satu penyusun Strategi AI, Profesor Hammam mengatakan Strategi AI Nasional pemerintah memprioritaskan lima bidang utama untuk mendapatkan manfaat dari inovasi AI, yaitu kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan penelitian, ketahanan pangan, dan pengembangan kota pintar.
Di bidang kesehatan, Stratnos AI bertujuan untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan, misalnya dengan memperkuat telemedicine. AI dapat mempercepat proses diagnosis penyakit pasien dan memberikan rekomendasi tindakan yang tepat sehingga fasilitas kesehatan dapat merawat lebih banyak pasien sekaligus, jelas Hammam.
Untuk manajemen rumah sakit, AI dapat membantu petugas layanan kesehatan memprediksi jadwal masuk dan keluar pasien, menganalisis ruang rawat inap dan jumlah petugas layanan kesehatan yang ada di setiap area, serta meningkatkan efisiensi dan kelancaran dalam pengoperasian.
“Penggunaan AI di sektor kesehatan akan berhasil jika sudah ada infrastruktur digital yang kompeten dan data klinis yang memadai,” kata Hammam tentang persyaratan tersebut.
Di bidang reformasi birokrasi, AI mendorong peningkatan efisiensi dalam penyampaian layanan publik. Misalnya, penggunaan chatbot di aplikasi mal pelayanan publik dapat memudahkan masyarakat untuk mengirimkan formulir bisnis dan melakukan transaksi.
“Dulu, seseorang yang mengajukan izin usaha harus bertemu dengan 3 sampai 4 pejabat. Dengan AI, proses administrasi bisa dipersingkat, birokrasi bisa lebih efisien dan kualitas pelayanan publik bisa lebih baik,” kata Hammam.
Contoh lain peran AI dalam reformasi birokrasi adalah membantu proses evaluasi penggunaan anggaran negara. AI dapat mencegah penyusunan anggaran yang bertentangan dengan tolok ukur atau model yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan.
Konsistensi dan kerjasama adalah kuncinya
Hammam menunjukkan bahwa hal terpenting dalam memastikan keberhasilan tujuan Stratnos AI adalah fokus dan konsisten. Komitmen untuk menciptakan ekosistem inovasi harus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, industri, masyarakat dan pemerintah serta kementerian dan lembaga.
“Pembuat kebijakan harus jeli melihat peluang investasi yang mendukung penguatan ekosistem AI, termasuk blockchain, cloud, dan data mining di Indonesia, jika kita tidak ingin ketinggalan,” lanjutnya.
Hammam mengatakan panitia telah menyiapkan rancangan peraturan presiden tentang strategi nasional untuk kecerdasan buatan pada tahun 2021. Rancangan ini akan segera menjadi payung hukum bagi regulasi terkait proyek riset, aplikasi, dan model bisnis AI yang diterapkan di Indonesia. Keputusan Presiden tentang Stratnos AI masih menunggu tanda tangan Presiden.
Stratnos AI juga mengamanatkan pembentukan KORIKA, sebuah organisasi yang melibatkan pemikiran kolektif dan kolaborasi kolaboratif antara empat organisasi: pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat sipil. KORIKA akan menjadi jembatan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam memperluas inovasi, partisipasi dan penerapan teknologi AI di tingkat nasional.
“KORIKA akan memastikan program inisiatif penelitian dan inovasi berbasis AI berjalan dengan lancar sehingga berdampak positif bagi masyarakat dan ekonomi,” kata Hammam.
Selain itu, KORIKA berperan dalam mengembangkan talent AI yang akan fokus pada pengembangan produk baru dan membangun industri baru secara berkelanjutan. Keanggotaan terbuka dan siapa saja dapat berpartisipasi, termasuk individu dan sektor publik dan swasta.
Potensi AI di Indonesia
Menurut Hammam, siapapun yang menguasai AI memiliki kesempatan untuk memimpin dunia. Semua negara kini berlomba untuk memperkuat ekosistem AI mereka. Amerika dan Eropa memulai lebih dulu dan sekarang Asia mengikuti. Cina terkenal dengan mimpi AI-nya, Singapura dengan AI-nya Singapura, dan Vietnam dengan VinAI-nya.
“Sementara kita punya potensi besar untuk menjadi pemain AI kelas dunia, kenapa Indonesia tidak ada?” Dia berkata.
Indonesia merupakan pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan potensi pertumbuhan sebesar US$140 miliar pada tahun 2025. Kedua, Indonesia memiliki bonus demografi yang dapat dipupuk menjadi tenaga kerja yang siap pakai di berbagai bidang penerapan dan pengembangan AI.
Ketiga, generasi baru masyarakat Indonesia sedang menempuh studi di bidang teknologi informasi, sains, dan studi komputasi, yang akan menjadi syarat penting penggunaan AI. Terakhir, Indonesia memiliki universitas di seluruh nusantara, beberapa di antaranya berfungsi sebagai pusat pengembangan AI kelas dunia.
Menurut Hammam, ekosistem AI di Indonesia sudah berkembang sejak lama. Namun, pembangunan terhambat oleh silo sektoral dan kurangnya fokus. Riset dan implementasi AI lebih cepat diadopsi oleh sektor swasta daripada sektor publik.
“Kalau tidak mau ketinggalan, Indonesia perlu fokus pada strategi kebijakan dan berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan agar manfaat teknologi AI dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kepentingan publik,” ujarnya.
Artikel ini awalnya diterbitkan dalam Bahasa Indonesia. Versi asli artikel dapat diakses di sini.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala