Desember 27, 2024

Review Bekasi

Temukan Berita & berita utama terbaru tentang INDONESIA. Dapatkan informasi lebih lanjut tentang INDONESIA

Warga Rembang terus menentang Rencana Strategis Nasional Indonesia

Warga Rembang terus menentang Rencana Strategis Nasional Indonesia

JAKARTA: Masyarakat Pulau Rembang di Kepulauan Riau terus menyuarakan dukungannya terhadap pengembangan Rencana Strategis Nasional (BSN) Eco-City Rembang di pulau tersebut, menurut Kelompok Advokasi Solidaritas Nasional Rembang.

Kelompok advokasi juga mengkritisi klaim pemerintah bahwa 70 persen warga Rembang bersedia direlokasi.

Ahmad Fawzi, perwakilan kelompok advokasi, mempertanyakan pernyataan Menteri Investasi Bahlil Lahtalia yang sering dikutipnya, bahwa sekitar 70 persen warga Rembang bersedia pindah. Ahmad mengatakan, jika klaim kementerian itu benar, kementerian harus merilis data dan sumbernya.

Menteri Bahlil selalu mengatakan 70 persen warga setuju untuk direlokasi. Kalau benar, tunjukkan datanya kepada kami, kata Ahmad, Selasa di Batam, Kepulauan Riau.

Menyangkal ‘data palsu’, Ahmad mengatakan Bahlil telah berulang kali menyesatkan masyarakat tentang situasi tersebut, seperti yang dicontohkan pada kunjungan menteri ke pulau tersebut pada 6 Oktober.

“Apa yang terjadi? Warga Basir Panjang protes. [Minister Bahlil] Dia terpaksa pergi oleh warga karena memberikan informasi palsu,” ujarnya.

Ahmed menambahkan, bertentangan dengan tuntutan menteri, kurang dari 30 keluarga dari 139 keluarga di Desa Pasir Panjang yang setuju untuk direlokasi.

“Sampai saat ini warga [including] 23 desa lainnya di Rembang dan Kalang [Islands] Mereka secara kolektif menolak transfer tersebut,” kata Ahmed.

Badan Bantuan Hukum (LBH) Pekanbaru, yang tergabung dalam Kelompok Advokasi Solidaritas Nasional untuk Rembang, mengatakan sebagian besar warga yang bersedia pindah dari pulau itu adalah pegawai negeri sipil, pegawai Badan Pembangunan Batam (BP Batam), dan tenaga profesional terkait.

“Namun, pemilik tanah di sana menolak untuk pindah,” kata Ahmed.

Ahmad mengatakan, warga Rembang terus merasa terancam meskipun pulau tersebut dianggap sebagai negara yang menguntungkan.

“Warga khawatir karena polisi yang mendampingi surveyor tanah mengancam dengan parang. Hal ini sudah beberapa kali terjadi. Namun, karena warga semakin sadar, mereka langsung menghentikan surveyor tersebut,” kata Ahmed.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Cabang Riau Pai Even Sembring mengatakan, situasi di pulau tersebut sudah kembali normal, namun ia mendesak pemerintah membatalkan PSN Eco-City Rembang.

“Kalau pemerintah bilang ingin membenahi perekonomian [of Rempang residents]Inilah saatnya, [which should come with the decision] untuk membatalkan [Eco-City] proyek,” kata Bai.

BP Batam mengatakan pada Selasa bahwa sekitar 67 keluarga di Pulau Rembang telah direlokasi ke tempat tinggal sementara. Setelah itu, dua keluarga mengungsi dari desa Pasir Mera pada hari Senin. – Jaringan Berita Jakarta Post/Asia