Tahun ini, perayaan menyatukan komunitas
Masyarakat Indonesia menyambut kembali semangat perayaan Tahun Baru Imlek, setelah tiga tahun perayaan yang tersendat karena pandemi, mulai dari salam presiden hingga barongsai tradisional.
Masyarakat Indonesia berduyun-duyun ke kawasan Glodok, yang dikenal sebagai Pecinan Jakarta, untuk membeli lampion, baju baru, dupa dan keranjang buah, khusus untuk Tahun Kelinci. Orang Tionghoa Indonesia mengadakan pertemuan keluarga dan memberikan amplop merah, atau angpao, kepada keluarga dan teman.
Presiden Indonesia Joko Widodo telah mengirimkan salamnya kepada rakyat Tiongkok. Di media sosial, Widodo menulis: “Waktu telah berubah, tahun telah berlalu, tantangan mungkin berubah. Tapi satu hal harus selalu, saya berharap besok akan menjadi waktu yang lebih bahagia, lebih sejahtera, dan lebih sejahtera.”
Tahun Baru Imlek, yang secara lokal dikenal sebagai Imlek, adalah salah satu festival utama negara multi-etnis. Sekitar 5 persen dari 273 juta penduduk Indonesia adalah etnis Tionghoa. Karena hari pertama Tahun Baru Imlek jatuh pada hari Minggu, tanggal 22 Januari, maka tanggal 23 Januari dinyatakan sebagai hari libur nasional di Indonesia.
Pemilik bisnis asal Jakarta, Siang Hadi Widjaja, menyambut baik kembalinya perayaan Imlek yang “seru”. Dia mengatakan perayaan itu bagus untuk ekonomi karena meningkatkan permintaan makanan, suvenir, dan dekorasi rumah. Acara seperti pawai Barongchai (tarian singa) juga menarik wisatawan.
“Jadi secara ekonomi Imlek membantu banyak orang,” kata Vidjaja.
Di Hotel Borobudur Intercontinental Jakarta, sebuah barongsai dan orkestra yang menampilkan alat musik gesek Cina gusheng berlangsung akhir pekan lalu. Selain itu, anggota Kang Hu Ku Society Indonesia mengadakan upacara di Taman Mini Indonesia Inda. Pengunjung dari luar Jakarta menyaksikan upacara tersebut.
Di kota Merak di Provinsi Timur Papua, sekelompok barongsai diarak keliling kota, menarik perhatian banyak orang. Masyarakat Tionghoa bangga hidup rukun di Merauke, sementara tokoh masyarakat adat di Papua mengatakan seni budaya Tionghoa adalah bagian dari keseharian mereka. Sebagian besar seniman dalam kelompok itu adalah orang asli Papua.
‘Kita bersatu dalam perbedaan’
Kebaktian gereja diadakan di seluruh negeri, khotbah disampaikan dalam bahasa Mandarin dan Misa Kudus diakhiri dengan pembagian jeruk di antara pengunjung gereja.
Noviana Tjogrowiretjo, sekretaris Persatuan Guru Bahasa Mandarin Provinsi Banten di Jawa Barat, mengaku senang perayaan Imlek bisa dirayakan secara luas di Indonesia.
“Saya senang. Kami sebagai orang Indonesia merasa lebih kuat dari orang Tionghoa bahwa kami mendapat tempat di negara ini,” kata Jogrowiretjo. Ia mengutip semboyan bangsa Indonesia, Pineka Tungal Ika (Dalam Kebhinekaan Kita Satu), mengatakan itu bukan semboyan kosong, tapi kebenaran.
Merayakan Imlek penting bagi masyarakat Sino-Indonesia, karena perayaan Imlek secara publik dilarang selama pemerintahan Suharto pada abad terakhir.
Teddy Yusuf, seorang purnawirawan dan mantan anggota parlemen, mendirikan Perhimpunan Masyarakat Indonesia-Tionghoa sebagai wadah bagi komunitas Tionghoa-Indonesia untuk berkampanye melawan diskriminasi.
Kampanye tersebut mengarah pada pembuatan dan penegakan hukum yang memungkinkan etnis Tionghoa memegang posisi senior di pemerintahan, serta menyatakan Imlek sebagai hari libur nasional dan mendirikan sekolah dan pusat budaya Tionghoa.
“Saya merasa situasinya membaik,” kata Yusuf.
Djogroviretjo mengatakan permintaan guru bahasa Mandarin di Indonesia semakin meningkat, dan banyak perusahaan mencari pekerja yang memiliki keterampilan dalam bahasa tersebut.
“Karena China sekarang adalah salah satu ekonomi terbesar, permintaan akan orang-orang dengan keterampilan bahasa China terus meningkat secara global,” katanya.
Sebelum pandemi, Perhimpunan Guru Bahasa Mandarin mengirimkan 10 siswa untuk belajar di Tiongkok setiap tahun, kata Djogroviretjo. Setelah lulus, para siswa ini kembali mengajar bahasa Mandarin di sekolah.
Secara ekonomi, Widjaja melihat kerja sama yang kuat antara China dan Indonesia karena China merupakan pasar ekspor utama dan salah satu investor terbesar Indonesia.
Hubungi penulis di [email protected].
Leonardus Jeko adalah jurnalis lepas untuk China Daily.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala