18 Januari 2024
Jakarta – Investor Tiongkok mengatakan pembatasan peraturan menghalangi mereka untuk melakukan investasi yang mereka inginkan dalam proyek energi terbarukan di Indonesia dan telah meminta pemerintah untuk mengubah kebijakan di sektor ini.
Wang Kun, presiden Kamar Dagang Tiongkok di Indonesia, menyoroti peraturan yang mengharuskan perusahaan listrik milik negara PLN untuk memiliki setidaknya 51 persen saham dalam proyek energi negara tersebut, suatu proporsi yang dianggap memberatkan oleh beberapa investor Tiongkok.
Wang mengatakan investor Tiongkok kesulitan memenuhi persyaratan kandungan lokal Indonesia dan pemerintah harus memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam kebijakan.
“Dalam beberapa kasus, kami tidak dapat mengambil sumber daya secara lokal,” kata Wang kepada audiensi pada hari Selasa di acara China RE Invest Indonesia yang diselenggarakan oleh Tengra Strategics, sebuah wadah pemikir. Pos Jakarta.
Zhao Fengjun, manajer pengembangan senior PowerChina di Indonesia, mengatakan proses tender proyek energi terbarukan kurang jelas dan investor seringkali harus menunggu lama untuk mendapatkan persetujuan.
“Bagi investor, mereka tidak sabar menunggu,” kata Zhao di acara yang sama.
Baca selengkapnya: Indonesia mengabaikan target energi terbarukan sebesar 23%.
Zhao mencatat bahwa beberapa perusahaan Tiongkok telah mendirikan fasilitas produksi di Indonesia untuk memenuhi persyaratan konten lokal dan akan ada pasar untuk produk mereka, yang menurutnya hanya akan ada jika proyek energi terbarukan diluncurkan.
Investor Tiongkok berharap untuk mengubah kebijakan tarif energi terbarukan pemerintah, dengan mengacu pada keputusan presiden yang menetapkan batasan harga pada jenis proyek energi terbarukan tertentu.
“Jadi [the government can provide] Harganya sangat menarik, saya pikir kami berada di jalur yang tepat dalam hal investasi,” kata Zhao.
Zhao meminta kejelasan rencana revisi rencana pengadaan listrik jangka panjang (RUPTL) negara.
“Ini adalah panduan penting bagi investor asing yang datang ke Indonesia karena mereka perlu melihat pasar dan melihat apakah kita bisa mendapatkannya [into the] Pasar atau tidak,” kata Zhao.
Investasi energi terbarukan Indonesia pada tahun 2023 adalah yang terendah dalam beberapa tahun terakhir, yaitu sebesar US$1,5 miliar, lebih rendah dari target tahunan sebesar US$1,8 miliar, yang mana pemerintah telah mengurangi setengahnya dari target awal.
Para pengambil kebijakan berencana menurunkan target energi terbarukan dalam bauran energi negara ini pada tahun 2025 dari 23 persen menjadi 17 hingga 19 persen.
Selama bertahun-tahun, Indonesia telah gagal memenuhi target energi terbarukan.
Para ahli mengaitkan penurunan investasi energi terbarukan dengan kendala struktural dan keuangan yang belum terselesaikan di sektor ini. Hal ini mencakup kelebihan pasokan listrik di tingkat nasional karena meluasnya penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara, sehingga membatasi insentif untuk mengembangkan proyek-proyek baru yang terbarukan.
Andriah Feby Misna, Direktur Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada kesempatan yang sama menyarankan agar investor menjadi produsen listrik independen (IPP) daripada memiliki sepenuhnya pembangkit listrik buatan negara.
Baca selengkapnya: Tahun: Tahun yang bijaksana untuk transisi energi
Sementara itu, Rachmat Kaimudin, ketua panitia pelaksana Satgas Transisi Energi Nasional, mendukung kebijakan kandungan lokal Indonesia pada acara tersebut, dengan mengatakan kebijakan tersebut akan meningkatkan kemampuan produksi lokal, namun ia mengatakan pemerintah akan mengatur aturannya lebih lanjut.
Dia mencatat bahwa pemerintah telah mengurangi persyaratan kandungan lokal untuk industri panel surya menjadi 40 persen dari 60 persen pada awal tahun ini, namun hal itu akan kembali ke angka awal nanti seiring dengan upaya negara untuk berkembang. Industri panel surya lokal.
Eka Satria, Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), mengatakan negara memerlukan kebijakan yang lebih prioritas untuk menarik investasi di bidang energi terbarukan, terutama dalam hal harga yang wajar di sektor energi.
Dia menyebut subsidi bahan bakar fosil yang besar di Indonesia adalah hal yang paling penting. Meskipun hal ini telah membuat energi lebih terjangkau bagi masyarakat umum, hal ini telah mempersulit energi terbarukan untuk bersaing dengan pembangkit listrik yang ada, katanya.
“Pertanyaannya, mengapa pemerintah tidak bisa mengalokasikan sebagian subsidi dari sektor lain ke sektor hijau?” ujar Eka.
Sementara itu, Sapto Aji Nugroho dari Divisi Bisnis Korporat dan Investasi PLN mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yang akan tercermin dalam revisi rencana pengadaan jangka panjang mendatang.
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala