Indonesia: Tony Arsal, CEO Semen Indonesia, mengatakan kepada pemerintah bahwa perang yang sedang berlangsung di Ukraina telah berdampak negatif terhadap pasokan batu bara dan kertas kraft ke industri semen.
Menurut Jakarta Post, kepala perusahaan milik negara mengatakan bahwa harga batubara internasional telah mendorong penambang lokal untuk mengekspornya tanpa menjualnya secara lokal. Sehingga, produsen semen kesulitan membeli batu bara dengan harga murah. Harga indeks batubara Indonesia (HBA) naik menjadi US$288/t pada April 2022 setelah diberlakukannya sanksi internasional, sedangkan harga domestic market liability (DMO) domestik sebesar US$70/t. Sekitar 160 juta ton batubara dijual dengan harga tetap. Sebagian besar digunakan untuk pembangkit listrik dan seperempat sisanya tersedia untuk semen dan industri lainnya.
Arsenal mendesak pemerintah untuk mengklarifikasi kebijakan distribusinya untuk DMO. Dia mengatakan, sektor semen membutuhkan 16 juta ton batu bara per tahun. Sperma Indonesia membutuhkan setengahnya. Namun, saat ini, ia hanya menerima 63% dari permintaan batu baranya dengan harga DMO.
Arsenal juga mencatat bahwa impor kertas kraft dari Rusia telah ditangguhkan sejak dimulainya perang. Sperma Indonesia menggunakan kertas untuk membuat kantong semen. Sebagian besar kerajinannya bersumber dari Rusia. Perusahaan menghabiskan $ 68 juta setahun di atas kertas. Kini beralih menggunakan bahan tenun.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala