Ini mencerminkan prinsip Tanggung Jawab Bersama dan Kompetensi Masing-masing (CBDR-RC)…
JAKARTA (ANTARA) – Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon dioksida untuk membangun industri penerbangan sipil yang ramah lingkungan, kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumathi dalam pertemuan tingkat tinggi International Civil Aviation Organization (ICAO).
“Indonesia memiliki 251 bandara dan diprediksi oleh International Air Transport Association (IATA) akan menjadi pasar penerbangan terbesar keempat dunia pada tahun 2036,” ujarnya dalam rapat yang diakses dari Jakarta, Kamis.
Pertumbuhan dan pemulihan sektor penerbangan telah menjadi prioritas karena secara langsung mendukung pariwisata, perdagangan dan industri, yang sangat penting untuk pemulihan ekonomi nasional pasca-pandemi, tambahnya pada pertemuan tingkat tinggi ICAO tentang prospek jangka panjang. -Target ambisius jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon dalam transportasi udara internasional (HLM – LTAG).
Dia juga menekankan bahwa negara-negara maju harus lebih aktif dalam dekarbonisasi sektor penerbangan.
Menkeu menambahkan, negara berkembang harus diberi keleluasaan dalam menerapkan inisiatif pengurangan emisi agar tidak menghambat pertumbuhan berkelanjutan sektor penerbangan sipil nasional.
“Ini mencerminkan prinsip Common but Differentiated Responsibilities and masing-masing Kompetensi (CBDR-RC) sebagaimana disahkan oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC),” katanya.
Berita terkait: UE mendukung penerapan sistem penerbangan ramah lingkungan di Indonesia
Dia juga menyoroti beberapa inisiatif yang dapat diterapkan untuk mempromosikan penerbangan ramah lingkungan, seperti meningkatkan produksi dan ketersediaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) yang terjangkau.
Dia juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama keuangan dan teknis untuk mengurangi emisi CO2.
Pertemuan ICAO HLM-LTAG dihadiri oleh 27 pejabat setingkat Menteri/Wakil Menteri dan 600 delegasi dari 112 negara dan organisasi internasional.
Pertemuan tersebut berlangsung di Montreal, Kanada dari 19 hingga 22 Juli 2022 dalam format hybrid dan bertujuan untuk mengembangkan rekomendasi untuk rancangan komitmen global untuk mengurangi emisi CO2 di sektor penerbangan sipil internasional.
Selain Sumati dan pejabat lain dari Kementerian Perhubungan, tim Indonesia termasuk Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Luar Negeri, penyedia layanan kontrol lalu lintas udara milik negara AirNav Indonesia dan perusahaan minyak dan gas milik negara PT Pertamina .
Berita terkait: AP II, BRIN, PPI Curug Kolaborasi Tingkatkan Daya Saing Bandara
Berita terkait: Sektor penerbangan Indonesia akan bangkit kembali: Menteri Perhubungan
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala