Indonesia, negara yang sangat bergantung pada batu bara, telah mengumumkan investasi besar dalam proyek energi terbarukan, yang menandai sebuah perubahan penting. Pembiayaan ini berasal dari pemberi pinjaman global dan diharapkan dapat mendorong investasi yang lebih besar di sektor energi terbarukan di Indonesia, serta mendukung dekarbonisasi. Namun, jika negara Asia ini ingin mengalami transformasi yang berarti, maka dibutuhkan lebih banyak dana dalam beberapa dekade mendatang.
Bulan ini, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana investasi baru yang akan menyediakan pendanaan sebesar $20 miliar dari pemberi pinjaman global untuk mengembangkan sumber daya energi terbarukan. Program Investasi dan Kebijakan Komprehensif (CIPP) dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang. Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) di Indonesia menguraikan tujuan untuk mengurangi emisi jaringan listrik hingga 250 juta metrik ton CO2 pada tahun 2030, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 350 juta.
Untuk mendukung tujuan dekarbonisasi, Indonesia kini berharap dapat meningkatkan porsi energi terbarukan dalam total bauran energi menjadi 44 persen pada tahun 2030, dari hanya 12 persen pada tahun 2022. Eric Dohir, AD sementara kepala sekolah bidang penanaman modal; Dikatakan, “Kita harus bergerak cepat karena tahun 2030 tinggal kurang dari tujuh tahun lagi. Kemitraan harus ditingkatkan dan dipercepat untuk melaksanakan proyek-proyek prioritas, termasuk pemenuhan segera komitmen pendanaan.
Indonesia masih sangat bergantung pada batu bara 60 persen listrik negara berasal dari bahan bakar fosil. Ketika sebagian besar negara-negara di dunia mulai beralih dari penggunaan batu bara dan memilih gas alam yang lebih rendah polusinya atau alternatif terbarukan, Indonesia adalah salah satu dari beberapa negara di Asia yang berharap untuk menggunakan batu bara di tahun-tahun mendatang. Ada Indonesia Eksportir batu bara terbesar di dunia untuk pembangkit listrikProyeksi permintaan energi nasional yang tidak akurat telah menyebabkan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara melebihi perkiraan dalam beberapa dekade terakhir.
Sebelum pembahasan CIPP dimulai, Presiden Indonesia Joko Widodo berjanji untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Namun, CIPP mencakup a pembebasan Jika pembangkit listrik tenaga batu bara baru sudah dalam tahap perencanaan atau terkait dengan proyek pembangunan nasional. Kemampuan ini Celah ini akan memungkinkan Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas batubaranya Saat mengaku mendukung perubahan hijau.
Pada bulan September, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan bahwa negara ini memerlukan pendanaan sekitar $172 miliar pada tahun 2040 untuk mendanai proyek energi terbarukan dan menambah kapasitas terbarukan sebesar 60GW. Hal ini mencakup investasi sebesar $5 miliar untuk membangun jaringan listrik pintar (smart grid) yang akan mendukung penyediaan beragam energi ramah lingkungan seperti tenaga angin dan surya. PLN berencana menambah kapasitas baru sebesar 32GW sebagai beban dasar dan membangun jaringan baru untuk menyambungkan tambahan energi terbarukan sebesar 28 GW sebagai beban variabel.
Evy Haryadi, Direktur PLN, menjelaskan, “Tidak ada perubahan tanpa pertukaran. Ini tantangan pertama, bagaimana kita menyalurkan listrik dari lokasi terpencil sesuai kebutuhan. Sementara itu, CEO perseroan, Dharmawan Prasodjo, Dikatakan“Dengan percepatan pertumbuhan energi terbarukan ini, 75 persen dari tambahan kapasitas pembangkitan kami akan berbasis energi terbarukan dan 25 persen berbasis gas.”
Meskipun dana sebesar $20 miliar ini kemungkinan besar tidak akan memberikan kontribusi terhadap transformasi menyeluruh pada sektor energi Indonesia, dana tersebut diharapkan dapat membantu negara Asia Tenggara ini bergerak menuju jalur dekarbonisasi dan menarik lebih banyak pendanaan ke sektor ini. Namun, beberapa pihak mengkritik CIPP karena menawarkan pinjaman dengan suku bunga pasar dibandingkan skema pembiayaan khusus, yang akan mengakibatkan biaya lebih tinggi bagi Indonesia dan mencegah Indonesia menerima kesepakatan serupa di masa depan.
Pada bulan Oktober 2022, Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) Diterbitkan Outlook Transisi Energi Indonesia bertujuan untuk mendorong investor mendanai transisi ramah lingkungan di negara ini. Karena Indonesia adalah konsumen energi terbesar di antara negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), maka hal ini penting dalam transisi energi global, terutama karena ekonomi dan populasi Indonesia diperkirakan akan tumbuh secara signifikan dalam beberapa dekade mendatang. Indonesia memiliki persediaan sumber daya terbarukan yang melimpah dan mempunyai peluang untuk mengeksploitasi potensi ramah lingkungan asalkan dapat menarik pendanaan dalam jumlah besar.
CIPP diharapkan dapat menyediakan pendanaan awal yang diperlukan untuk memulai transisi hijau di Indonesia. Negara di Asia Tenggara ini memiliki sumber daya terbarukan yang melimpah dan berpotensi menjadi pemasok utama energi ramah lingkungan di kawasan. Namun untuk mencapai hal ini, pemerintah harus menepati janjinya untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru demi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Oleh Felicity Bradstock untuk Oilprice.com
Bacaan menarik lainnya dari Oilprice.com:
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala