Pada tahun 2021, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan target penurunan bersih (net sink) pada tahun 2030 tidak berarti deforestasi akan berhenti, karena hutan dan sumber daya alam lainnya di Indonesia harus digunakan secara berkelanjutan untuk pembangunan negara.
Dia menambahkan bahwa pertumbuhan pada masa pemerintahan Jokowi “tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau karena deforestasi”.
Sapta mengakui adanya tren penurunan deforestasi sejak tahun 2018, namun hilangnya 100.000 hektar hutan dan lahan gambut setiap tahunnya, yang setara dengan 1,5 kali luas Jakarta, masih mengkhawatirkan. Agus B., CEO perusahaan konsultan lanskap Landscape Indonesia. Sari sependapat dengan Sapda mengenai permintaan pemerintah untuk mengurangi deforestasi, dan mengatakan bahwa para pejabat harus hati-hati memeriksa data dari setiap daerah.
“Mungkin deforestasi berkurang di banyak tempat. Namun di beberapa daerah lain, [the deforestation rate] meningkat,” kata Agus, mengutip peningkatan deforestasi di Papua dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk lebih mengurangi laju deforestasi, Sapta mendesak pemerintah untuk memberlakukan larangan permanen terhadap pembukaan hutan primer untuk perkebunan kayu dan kelapa sawit, yang menurut banyak peneliti merupakan penyebab utama deforestasi.
Moratorium izin perkebunan kelapa sawit, yang pertama kali dikeluarkan melalui Instruksi Presiden (Inpress) tahun 2018, mengharuskan lembaga pemerintah untuk berhenti mengeluarkan izin baru untuk konsesi kelapa sawit dan meninjau ulang perkebunan yang sudah ada. Namun kebijakan tersebut telah habis masa berlakunya pada September 2021.
Sapta juga meminta pemerintah fokus tidak hanya pada penurunan laju deforestasi setiap tahunnya, namun juga menghentikan deforestasi sama sekali.
“Tren penurunan ini jangan dianggap sebagai sebuah pencapaian karena laju penebangan hutan masih berbeda-beda,” lanjutnya. Sapta juga menyuarakan bahwa pengurangan deforestasi tidak akan berkelanjutan jika penerus Jokowi memutuskan untuk meningkatkan kuota deforestasi dan menebangi lebih banyak hutan untuk penggunaan lain setelah terpilih tahun depan.
Pemerintah harus memiliki kebijakan komprehensif yang menjelaskan peran masyarakat sipil dan sektor swasta dalam pengelolaan hutan negara, kata Guru Besar Kebijakan Hutan Pokor Institut Pertanian (IPB), Hariyadi Kartodihartjo.
“Kuncinya bukan memaksimalkan keuntungan,” kata Hariyadi seraya menambahkan bahwa pemerintah harus menggunakan instrumen pasar dan non-pasar untuk mendorong pengelolaan hutan yang lebih baik.
Pos Jakarta
Jaringan Berita Asia
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala