JAKARTA (ANTARA) – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur di Bali diharapkan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
KEK Sanur diharapkan dapat menjadi penggerak pembangunan perekonomian nasional melalui pariwisata dan kesejahteraan, sekaligus berkontribusi terhadap masa depan berkelanjutan bagi generasi mendatang, kata Presiden Direktur PT Hotel Indonesia Natur Christine Hudaparat dalam keterangannya, Selasa.
“Kami yakin pengembangan KEK Sanur akan membawa nilai tambah bagi Indonesia,” ujarnya.
KEK Sanur merupakan Kawasan Ekonomi Khusus Kesehatan yang bertujuan untuk membuka potensi Pantai Grand Inna Bali seluas 41,6 hektar dan mentransformasikannya menjadi destinasi kesehatan dan pariwisata kelas dunia dengan fasilitas terintegrasi.
Hotel Indonesia Natour, anak perusahaan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney), ditunjuk pemerintah sebagai pengembang dan operator KEK Sanur.
Melalui KEK Sanur, Indonesia diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi melalui pariwisata dan kesehatan, serta mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
KEK Sanur diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kegiatan perekonomian yang dapat menghasilkan kesejahteraan.
Sektor wisata kesehatan menawarkan potensi baru untuk memberikan solusi bagi masyarakat Indonesia guna membawa wisata medis dan wellness Indonesia ke kancah internasional.
KEK Sanur bertujuan untuk mendiversifikasi dan mempercepat perekonomian Indonesia dengan menjadikan Bali sebagai destinasi kesehatan dan kebugaran kelas dunia, memanfaatkan keindahan alam, warisan yang kaya, dan budaya yang dinamis.
Pemerintah telah menjanjikan berbagai fasilitas di KEK Sanur seperti izin praktik bagi tenaga kesehatan asing, fasilitas bea cukai dan keuangan untuk peralatan kesehatan, berbagai jenis layanan dan teknologi, penggunaan obat-obatan bersertifikat, dan kemudahan imigrasi. Pelayanan bagi pasien dan keluarganya.
KEK Sanur dengan berbagai fasilitas berkelas dunia dan berteknologi tinggi bertujuan mendatangkan pasien berobat dari luar negeri dengan total 140.000 pasien pada tahun 2030.
“Kami memperkirakan dengan mengurangi jumlah pasien Indonesia yang berobat di luar negeri, kita dapat menghemat sekitar Rp86 triliun (sekitar US$5,5 miliar) dan menambah devisa sekitar Rp19,6 triliun (sekitar US$1,25 miliar) pada tahun 2022. . -2045,” kata Hudabarat.
KEK Sanur diharapkan menjadi tujuan wisata medis dan kesehatan terkemuka di Asia Tenggara, yang bertujuan untuk menarik investasi sebesar Rp15 triliun hingga Rp20 triliun (sekitar US$1,27 miliar).
Pada tahun 2045, pembangunan kawasan ini diproyeksikan akan memberikan dampak ganda dan memberikan kontribusi positif terhadap PDB nasional, dengan perkiraan peningkatan sebesar Rp80,7 triliun (sekitar US$5,16 miliar).
Zona tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar 18.375 orang, meningkat sebesar 2.069 persen dibandingkan skenario tanpa KEK Sanur.
Berita terkait: HIN ajak investor bangun fasilitas di KEK Kesehatan Sanur
Berita terkait: Menteri yakin daerah akan mengadopsi RS KEK Sanur
Penerjemah: Ade Irma, Uni Arisanti
Pengarang: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2024
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala