JAKARTA (ANTARA) – Lembaga Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia mempunyai potensi besar untuk memproduksi obat herbal karena kekayaan keanekaragaman hayatinya.
“Secara umum bahan baku medis bisa kita ganti semua,” kata Presiden BRIN Laksana Tri Handoko di Jakarta, Senin.
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, dengan sekitar 30 ribu spesies yang teridentifikasi, meskipun jumlah obat herbal yang terstandar masih sedikit, yaitu hanya 76 obat.
Ia yakin jika keanekaragaman hayati ini ditingkatkan, Indonesia bisa mencapai kedaulatan medis dan kesehatan.
Oleh karena itu, ia memastikan kelangkaan obat yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 tidak akan terulang lagi.
“Di zaman modern ini (penyediaan bahan obat) adalah kedaulatan dan ketahanan, yang sebenarnya lebih penting dari perang,” kata Hantoko.
Berita terkait: Nilai ekspor farmasi Indonesia naik 8,78 persen: Kementerian
Ia mengatakan, pengolahan bahan baku alam menjadi obat memerlukan proses yang panjang, tidak hanya dari aspek penelitian tetapi juga dari sisi perkembangan teknologi.
Banyak tanaman yang diketahui menjadi bahan baku parasetamol, namun mengembangkan mesin yang dapat mengolahnya secara konsisten masih menjadi tantangan, kata Huntoko.
Handoko mengakui Indonesia akan terus mengupayakan kerja sama di bidang industri kesehatan agar Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya keanekaragaman hayati tersebut untuk memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan secara mandiri.
“Indonesia tidak punya industri mekanik. Makanya kita perlu bermitra dengan sektor manufaktur,” ujarnya.
Berita terkait: Pemerintah dukung pengembangan obat herbal dan fitofarmaka
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala