Desember 27, 2024

Review Bekasi

Temukan Berita & berita utama terbaru tentang INDONESIA. Dapatkan informasi lebih lanjut tentang INDONESIA

Indonesia mengurangi impor pakaian bekas karena harga yang rendah merugikan produsen lokal

Indonesia mengurangi impor pakaian bekas karena harga yang rendah merugikan produsen lokal

JAKARTA – Penulis lepas asal Jakarta, Anindya Miriati Hasana, 25 tahun, menggemari pakaian bekas sejak duduk di bangku SMA.

Sebagai penggemar berat gaya jalanan Harajuku Jepang, dia sering mengunjungi toko barang bekas di seluruh Jakarta, tetapi mulai mencari barang murah di toko online di Instagram.

Baginya ini terasa seperti perburuan harta karun.

Setiap dua atau tiga bulan, dia membeli gaun Lolita favoritnya, masing-masing menghabiskan antara 50.000 rupiah (S$4,4) dan 500.000 rupiah.

“Kalau beli baju baru, harganya sangat mahal. Makanya saya lebih suka beli barang bekas yang kualitasnya bagus,” ujar Ibu Anindia.

Warga Jakarta lainnya, ibu rumah tangga Kia Askara, kerap membeli baju impor, terutama dari Jepang dan Korea Selatan, karena desainnya yang unik.

“Mereka memiliki produk yang tidak kami miliki secara lokal,” kata ibu dua anak berusia 38 tahun itu. Keinginannya untuk gaya hidup yang lebih berkelanjutan sering terlihat dari perubahan pakaiannya, seperti mengubah celana denim menjadi rok, untuk memperpanjang siklus hidup mereka.

Berkat orang-orang seperti Ibu Aninthya dan Ibu Ghea, bisnis hemat di Indonesia berkembang pesat karena platform digital membuka pintu bagi lebih banyak pelanggan.

Pakaian bekas asing telah diperdagangkan di negara ini selama bertahun-tahun. Pada 2015, Kementerian Perdagangan mengeluarkan peraturan yang melarang impor mereka. Namun, tidak ada hukuman yang dijatuhkan untuk pelanggaran, dan akibatnya aturan tersebut tidak efektif.

Kepulauan yang luas ini rentan terhadap penyelundupan melalui berbagai pintu masuk.

Masuknya barang-barang tersebut baru-baru ini memusingkan industri tekstil dan pakaian jadi lokal, yang masih berjuang untuk pulih dari pandemi, serta bagi pemerintah.

Menurut statistik Indonesia, nilai pakaian bekas yang diimpor secara legal ke negara tersebut akan menjadi US$272.146 (S$362.743) pada tahun 2022, lima kali lipat dari nilai yang dibawa pada tahun sebelumnya.

Mr Nandi Herdiaman, presiden dari 500 anggota asosiasi produsen garmen rumahan, mengatakan stok besar garmen bekas asing telah mempengaruhi banyak produsen lokal yang memasok ke pasar tradisional dan pengecer.

Daya beli masyarakat lemah, artinya harga impor menguntungkan.

Misalnya, pesanan baju baru turun tajam jelang Hari Raya Idul Fitri, katanya. “Dampaknya sudah terlihat. Produsen garmen dalam negeri yang dulunya memproduksi garmen dengan merek tertentu, kini hanya memenuhi pesanan menjahit seragam PNS dan partai,” ujarnya.

Dampaknya juga dirasakan oleh produsen bahan baku yang digunakan dalam produksi garmen. Presiden Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jemmi Kartiva Sastrathmaja mengatakan produsen garmen skala kecil dan menengah mengalami penurunan pesanan sehingga terjadi penurunan pembelian bahan baku.

“Penggunaan pabrik (tekstil) di sisi hulu juga terdampak,” tambahnya, antara lain fasilitas produksi serat dan benang filamen.