JAKARTA – Indonesia menyatakan telah mulai memulihkan data yang dienkripsi dalam serangan ransomware besar-besaran yang memengaruhi lebih dari 160 lembaga pemerintah pada bulan Juni.
Para penyerang, yang diidentifikasi sebagai Brain Cipher, menuntut $8 juta (S$10,7 juta) untuk membuka kunci data, menurut perusahaan keamanan siber StealthMole yang berbasis di Singapura.
Serangan itu mempengaruhi banyak layanan pemerintah, termasuk imigrasi dan operasional di bandara-bandara besar. Pihak berwenang di Indonesia mengakui bahwa banyak data yang tidak dicadangkan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 11 Juli malam bahwa data untuk 30 layanan publik yang diawasi oleh 12 kementerian telah dipulihkan menggunakan “strategi enkripsi”.
“Kementerian Komunikasi dan Informatika menggunakan strategi enkripsi untuk memulihkan layanan atau aset dari kementerian, lembaga pemerintah, dan pemerintah daerah yang terkena dampak. Kami menangani ini secara bertahap,” kata pernyataan itu.
Belum jelas apakah pemerintah menggunakan kunci enkripsi Brain Decryption. Hadi dan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Chediadi tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Penyerang Ransomware menggunakan perangkat lunak untuk mengenkripsi data dan meminta pembayaran dari korban untuk memulihkan data. Indonesia mengatakan serangan itu menggunakan perangkat lunak berbahaya bernama Lockbit 3.0. Jakarta Post/Jaringan Berita Asia
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala