JAKARTA (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Erlanga Hartardo dan Menteri Perekonomian, Perdagangan, dan Industri Jepang Nishimura Yasutoshi membahas peluang kerja sama ekonomi dan percepatan transisi energi kedua negara.
Pembahasan tersebut digelar di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri Indo-Pacific Economic Prosperity (IPEF) di San Francisco, AS.
Pertemuan tersebut membahas penjajakan peluang kerja sama di berbagai sektor seperti energi terbarukan, teknologi, infrastruktur, perikanan dan kemajuan negosiasi IPEF, kata Hartardo dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu.
Di awal pertemuan, Menteri Yasutoshi menyampaikan keinginannya untuk segera menyelesaikan seluruh pilar IPEF yang diharapkan dapat memperkuat industri dan mempercepat proses transisi energi, sejalan dengan inisiatif Asian Zero Emission Community (AZEC) dan rencana Jepang. Memperkuat kerja sama dengan seluruh negara ASEAN melalui IPEF.
Selain itu, Jepang telah menerima persetujuan Kabinet untuk mengalokasikan sekitar US$1 miliar melalui proyek nyata kepada IPEF.
“Kami menantikan kerja sama dengan Jepang pada Pilar 2, Pilar 3, dan Pilar 4 IPEF,” kata Menteri Hartardo kepada Menteri Yasudoshi.
Ia menegaskan, pilar pertama IPEF belum bisa diselesaikan mengingat terdapat berbagai permasalahan dalam beberapa bab yang memerlukan pembahasan lebih lanjut, termasuk mineral kritis.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo tentang pentingnya penguatan rantai pasokan mineral kritis dalam pertemuan bilateral dengan Presiden AS Joe Biden.
Menteri Hartardo kemudian menyoroti pentingnya pengembangan kendaraan listrik (EV) karena 90 persen kendaraan di Indonesia adalah buatan Jepang.
Berita terkait: RI akan membahas peningkatan kerja sama transisi energi dengan Jepang
Oleh karena itu, ia berharap para pengusaha Jepang dapat merealisasikan kerja sama untuk mempercepat pengembangan EV di Indonesia. Ia mengundang Jepang untuk bekerja sama dalam proyek energi bersih.
“Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar, termasuk energi panel surya dan energi panas bumi, (dan) kami mengundang Jepang untuk berinvestasi di sektor ini,” ujarnya.
Terkait digitalisasi, Jepang terbuka terhadap diskusi mendalam mengenai isu-isu digital yang saat ini sedang menjadi fokus utama di Indonesia dan percaya bahwa digitalisasi dapat membantu mengembangkan industri usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Hartardo mengatakan industri semikonduktor Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai penghasil silika, bahan baku semikonduktor yang dibutuhkan dunia.
Oleh karena itu, Indonesia fokus mempopulerkan industri semikonduktor global sebagai pasar alternatif selain China.
“Indonesia membutuhkan investasi dan kerja sama dari Jepang untuk mengembangkan infrastruktur digital dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia mahasiswa Indonesia untuk pengembangan industri ini,” ungkap Airlangga.
Mengakhiri pertemuan bilateral, Menteri Yasudoshi menyampaikan harapannya agar kedua negara dapat mengatasi hambatan perdagangan termasuk produk pertanian dan perikanan.
Menteri Hartardo juga berharap adanya keseimbangan akses pasar produk perikanan Indonesia di Jepang dan produk perikanan kualitas Jepang di Indonesia.
Berita Terkait: Negosiasi Kontrak Rantai Pasokan IPEF Berakhir
Berita terkait: Proposal Indonesia mengenai mineral kritis didukung oleh anggota IPEF
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala