JAKARTA, 3 Oktober (Reuters) – Bank sentral Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membuat rupiah berada pada level terlemah sejak Januari di tengah permintaan dolar AS dan volatilitas pasar, kata seorang pejabat kepada Reuters pada Selasa.
Kepala Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Eddy Sucianto, mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi dan arus keluar modal dari negara “dapat dikendalikan”, namun bank sentral terbuka terhadap kemungkinan membeli obligasi untuk mengelola imbal hasil.
“Kami tetap berada di pasar untuk memastikan keseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing, sehingga membangun kepercayaan pasar,” kata Edi, menggunakan ungkapan yang biasanya digunakan bank untuk menggambarkan intervensi mata uang.
Rupee melanjutkan penurunannya pada hari Selasa, menyentuh level terlemahnya sejak 6 Januari di 15,610 per dolar, sementara imbal hasil obligasi acuan 10 tahun naik menjadi 7,050%, tertinggi sejak Maret.
Pergerakan tersebut terkait dengan sentimen terhadap aset-aset berisiko akibat kebijakan moneter AS yang hawkish, kata Edi seraya menambahkan bahwa BI akan terus memantau imbal hasil US Treasury.
Negara-negara emerging market Asia lainnya juga diperdagangkan pada posisi terendah dalam beberapa bulan.
BI pada bulan Oktober. Pertemuan kebijakan fiskal dua hari akan diadakan dari tanggal 18 hingga 19.
Pemerintah menaikkan suku bunga sebesar 225 basis poin dari Agustus 2022 hingga Januari tahun ini untuk memerangi inflasi domestik, namun tinjauan kebijakan bulanannya terhenti karena inflasi kembali ke target.
Laporan oleh Stefano Suleiman dan Gayatri Suryo; Disunting oleh Martin Petty
Standar kami: Prinsip Kepercayaan Thomson Reuters.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala