Prinsip-prinsip tersebut mencerminkan komitmen Indonesia untuk menciptakan pertumbuhan dan pembangunan yang berkeadilan, inklusif dan berkelanjutan.
JAKARTA (ANTARA) – Indonesia akan terus mendorong pertumbuhan dan pembangunan yang inklusif dengan mengentaskan kemiskinan ekstrem dan menurunkan angka stunting pada anak, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indravati.
“Dengan percepatan reformasi struktural, kami fokus untuk mengatasi berbagai inkonsistensi dalam hal seperti sumber daya manusia, infrastruktur, dan peran kementerian/lembaga,” katanya seperti dikutip dalam keterangan yang diterima, Sabtu.
Ia mencatat salah satu tujuan utama Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dia membuat komentar ini sebagai bagian dari diskusi panel tentang ‘Kebijakan Ekonomi dalam Mengejar Kesejahteraan’. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian dialog G7 dengan negara mitra yang diselenggarakan pada 12 Mei 2023 di Niigata, Jepang.
Sementara itu, dialog dilakukan dalam rangka pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G7 di Niigata pada 11-12 Mei 2023 untuk membahas isu-isu terkait upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, pemerintah Indonesia antara lain meningkatkan alokasi anggaran untuk jaminan sosial, lanjut Indravati.
Ia mengatakan selama pandemi COVID-19, angka kemiskinan turun dari 10,2 persen pada 2020 menjadi 9,6 persen pada 2022 dengan memberikan jaminan sosial.
Selain itu, pemerintah telah membuat alokasi wajib dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masing-masing sebesar 20 persen dan 5 persen untuk bidang pendidikan dan kesehatan.
Pemerintah telah menerapkan Penganggaran Responsif Gender, Penganggaran Inklusif Disabilitas, dan Belanja Pemerintah Ramah Lingkungan.
“Kebijakan ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk menciptakan pertumbuhan dan pembangunan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dialog G7 dengan negara mitra dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama tentang ‘Mengatasi Tantangan Langsung yang Dihadapi Negara Berkembang’ dan sesi kedua tentang ‘Memperkuat Kerjasama Internasional untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Inklusif’.
Indravati menjadi keynote speaker pada sesi pertama dialog ini menanggapi komentar Joseph Stiglitz, ekonom terkemuka di Columbia University.
Pada acara tersebut, para menteri keuangan G7 dan gubernur bank sentral serta negara mitra berbagi pandangan tentang kondisi dan risiko ekonomi makro di negara berkembang serta pengelolaan utang di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala