JAKARTA (Reuters) – Indonesia akan meluncurkan sistem pelacakan online untuk ekspor nikel dan timah minggu depan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan meningkatkan manajemen pertambangan, kata wakil menteri unifikasi pada hari Kamis.
Sistem pemantauan yang disebut SIMBARA, yang akan diluncurkan pada hari Senin, pertama kali diterapkan pada batubara pada tahun 2022 dan negara kaya sumber daya tersebut berencana untuk memperluas operasinya ke mineral lain yang dihasilkannya.
Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia dan salah satu produsen timah terbesar. Dengan menggunakan Simbara, pemerintah dapat melacak nikel dan timah dari tambang hingga smelter dalam negeri.
“Produsen harus mencatat dari mana mereka membeli nikel dan di mana lokasi tambangnya,” kata Wakil Menteri Koordinator Bidang Kelautan dan Investasi Septian Hario Seto saat diwawancarai.
Smelter tidak diperkenankan membongkar kiriman bijih dari tambang yang belum membayar royalti. Sistem ini telah berhasil meningkatkan pendapatan pemerintah di sektor batu bara, kata Seto kepada Reuters, dan berharap adanya kemajuan serupa di sektor nikel dan timah.
Sistem SIMBARA akan terhubung dengan pencatatan alokasi pertambangan digital pemerintah yang dikenal dengan RKAB. Hal ini memungkinkan penambang untuk melacak berapa banyak kuota produksi yang tersisa untuk periode tersebut dan mengingatkan pihak berwenang terhadap perbedaan dalam data output dan penjualan.
Jakarta akan menerapkan sistem ini pada mineral lain seperti bauksit dan tembaga, namun waktunya akan ditentukan kemudian setelah sistem pemantauan nikel dan timah sudah berjalan, kata seorang pejabat senior.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala