JAKARTA, 9 Agustus (Reuters) – Ibu kota Indonesia, Jakarta, menduduki puncak daftar kota paling tercemar di dunia pada Rabu, terus menduduki peringkat di antara 10 kota paling tercemar di dunia sejak Mei, menurut data dari perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir.
Jakarta, dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa, mencatat tingkat polusi udara yang tidak sehat setiap harinya, menurut IQAir.
Residen Risky Putra menyayangkan buruknya kualitas udara yang membahayakan kesehatan anak-anaknya.
“Saya pikir situasinya sangat mengkhawatirkan,” kata Riski, 35, kepada Reuters TV di pinggir jalan di pusat kota Jakarta.
“Banyak anak yang sakit dengan keluhan dan gejala yang sama seperti batuk dan pilek,” ujarnya.
Penduduk Jakarta telah lama mengeluhkan lalu lintas jangka panjang, kabut asap industri, dan udara beracun dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Beberapa dari mereka berhasil meluncurkan gugatan perdata pada tahun 2021 menuntut tindakan pemerintah untuk mengendalikan polusi udara.
Pada saat itu, pengadilan memutuskan bahwa Presiden Joko Widodo harus menetapkan baku mutu udara nasional untuk melindungi kesehatan manusia, dan Menteri Kesehatan serta Gubernur Jakarta harus menyusun strategi untuk mengendalikan polusi udara.
Namun, salah satu pendiri pengawas kualitas udara Nafas Indonesia Nathan Rostandi mengatakan tingkat polusi terus memburuk.
“Kita menghirup lebih dari 20.000 napas sehari. Jika kita menghirup udara tercemar setiap hari, (menyebabkan) penyakit pernapasan dan paru-paru, bahkan asma. Bahkan dapat memengaruhi perkembangan kognitif atau kesehatan mental anak-anak,” katanya.
Ditanya tentang masalah polusi Jakarta pada hari Selasa, Presiden Widodo mengatakan kepada wartawan bahwa solusinya adalah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara.
Indonesia akan menjadikan Nusantara sebagai ibu kota barunya tahun depan dan setidaknya 16.000 pegawai negeri sipil, militer dan polisi diperkirakan akan pindah ke sana.
Laporan oleh Heru Asbrihanto; Oleh Ananda Theresia; Editing oleh Gayatri Suryo dan Christina Finzer
Standar kami: Prinsip Kepercayaan Thomson Reuters.
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala