Dio Suhenda (Jakarta Post)
Premium
Jakarta
Jumat, 24 Desember 2021
Ambisi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek untuk melaksanakan reformasi komprehensif di sektor pendidikan Indonesia, termasuk modernisasi sistem pendidikan nasional, didokumentasikan dengan baik, terutama karena COVID-19 tahun lalu memaksa guru dan siswa untuk beradaptasi dengan online sedang belajar. .
Tetapi ketika epidemi COVID-19 memberi Nadiem Makarim kesempatan untuk menempatkan pembelajaran online di garis depan agenda reformasi pendidikannya, Kovit, mantan CEO perusahaan teknologi Kozak, terpaksa kembali belajar di kelas seiring penyebarannya. -19 Situasi terkendali, karena takut kehilangan pembelajaran.
Kebijakan utamanya, proyek Merdeka Belazar, mendapat kritik dari para guru dan pengamat akademik, dan satu-satunya tantangan yang dihadapi Nadeem tahun ini adalah kurangnya kebingungan kebijakan mengenai pembelajaran langsung dan online.
Baca cerita lengkapnya
BERLANGGANAN SEKARANG
Rp 55.000 / bulan ke atas
- Akses tak terbatas ke konten web dan aplikasi kami
- E-Post adalah surat kabar digital harian
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses khusus ke acara dan program kami
- Berlangganan buletin kami
Atau biarkan Google mengelola langganan Anda
“Penggemar budaya pop. Pengacau ramah hipster. Pakar media sosial yang menawan.”
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala