JAKARTA (Antara) – Jumlah masyarakat Indonesia yang telah menerima dosis ketiga atau first booster vaksin Covid-19 mencapai 68,57 juta jiwa hingga Senin pukul 12 siang waktu setempat, kata Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Jumlah warga yang menerima dosis ketiga bertambah 33.831 pada Senin, sehingga total menjadi 68.571.382, menurut data dari Gugus Tugas COVID-19 di Jakarta.
Secara keseluruhan, 29,23 persen dari 234.666.020 target penerima telah divaksinasi dengan dosis ketiga sejauh ini.
Sementara itu, jumlah penerima vaksin Covid-19 dosis kedua bertambah 12.376 menjadi 174.784.256 atau 74,48 persen dari total target.
Jumlah penerima dosis pertama meningkat 8.410 menjadi 204.034.974 atau 86,92 persen dari total target.
Penerima dosis keempat yang saat ini masih diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan lansia naik 3.101 menjadi 1.173.063.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksinasi harus terus ditingkatkan pada 2023.
Vaksinasi menjadi tanggung jawab masyarakat untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitarnya dari risiko penyebaran Covid-19 seiring dicabutnya intervensi pemerintah berupa kebijakan Pembatasan Tindakan Masyarakat (PPKM).
“Penggunaan masker dianjurkan untuk ruang terbatas dan situasi ramai. Kita kembalikan kepada masyarakat, kalau merasa sehat di tempat terbuka sebaiknya tidak pakai masker,” kata Menkeu.
Menurut Sadiq, pemerintah menanggapi transisi endemik epidemi dengan mengurangi intervensi kesehatan masyarakat, namun masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dengan mengukur kesehatannya.
“Presiden Joko Widodo mendorong partisipasi masyarakat,” kata Menkeu.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan, meski kebijakan PPKM dibatalkan pada 30 Desember 2022, vaksinasi COVID-19 harus tetap dilanjutkan.
Koordinator PPKM Jawa-Pali memastikan ketersediaan obat-obatan dan vitamin selama masa transisi penanggulangan wabah.
“Dalam masa transisi, pemberian vaksin harus tetap sejalan dengan penyediaan obat-obatan dan vitamin di fasilitas kesehatan. Selain itu, ketersediaan oksigen juga harus dijaga,” ujarnya.
Pandjaitan menambahkan, status kedaruratan kesehatan masyarakat dan bencana nasional masih berlaku untuk COVID-19 mengingat situasi global.
Pemerintah telah menyusun strategi untuk mencegah lonjakan kasus jika kemudian muncul varian baru.
Saat ini terdapat 17 jaringan laboratorium Whole Genome Sequencing (WGS) yang dapat mengumpulkan informasi untuk menangani varian tersebut.
Dia menginformasikan pemerintah akan mengukur ketahanan masyarakat setiap enam bulan sekali dan menyiapkan manual untuk membantu masyarakat mengambil tindakan jika ada kasus baru.
Ia mengatakan, keputusan pencabutan PPKM tersebut diambil mengingat situasi Covid-19 yang terkendali, imunitas masyarakat yang tinggi (95,8 persen), kesiapan kapasitas kesehatan yang lebih baik, dan pemulihan ekonomi yang cepat.
Keberhasilan pengendalian pandemi COVID-19 tidak lepas dari koordinasi kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, tenaga kesehatan, tenaga pendidik, dll. Dan masyarakat berbasis kerja berbasis data, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, tambahnya.
“Keberhasilan ini harus diterapkan juga pada kebijakan pembangunan lainnya,” tegasnya.
Berita Terkait: Bandara Soekarno-Hatta Tetap Jaga Protokol Sanitasi Meski PPKM Berakhir
Berita Terkait: Tes Covid-19 tidak lagi wajib: Menteri Sadiqin
More Stories
Indonesia mencari kesepakatan perdagangan senilai US$3,5 miliar di Forum Kerja Sama Negara-negara Afrika
Indonesia menangkap seorang pria yang menjual cula badak melalui media sosial
Indonesia akan meningkatkan perlindungan cuaca bandara dengan Vaisala